Wednesday, March 30, 2011

Memahami Isi Pesan yang Tersurat dan Tersirat dalam Periklanan

Dari cerita-cerita sebelumnya, saya telah membahas berbagai aspek yag berhubungan dengan periklanan. Dalam cerita saya kali ini, saya ingin mencoba membahas isi pesan dari iklan yang disampaikan baik itu tersurat maupun yang tersirat. Dewasa kini, periklanan sudah sering kali kita temukan. Di mana-mana kita pasti menemukan iklan mulai dari iklan cetak sampai iklan elektronik. Iklan cetak bisa berupa pamflet, brosur, flyer, billboard, balligo, dan lain-lain sedangkan iklan elektronik bisa berupa iklan di radio, televisi, internet, dan lain-lain. Dengan adanya iklan yang mengelilingi kota, kita seakan-akan hidup dikelilingi oleh iklan dan tidak bisa keluar menghidari iklan tersebut. Taukah anda, bahwa iklan itu muncul untuk membantu produser memperkenalkan produk mereka kepada konsumen? Dengan masa yang sudah berkembang sekarang ini. iklan menjadi jembatan langsung bagi produsen kepada konsumennya. Seperti iklan di bawah ini, produsen minuman Pepsi ingin membujuk konsumennya untuk lebih memilih produknya ketimbang produk kompetitornya.

http://uyungs.files.wordpress.com/2008/10/joy-of-pepsi-01.jpg
Ketika melihat sebuah iklan, sadarkah kalian kalau iklan itu tidak hanya sekedar memperkenalkan produk yang berada di pasaran? Taukah anda, kalau iklan juga menyisipkan nilai-nilai tertentu yang tanpa disadari telah mempengaruhi jalan berpikir kita akan suatu produk. Dalam pembahasan materi kuliah Kapita Selekta yang disampaikan oleh Ibu Endah Murwani dikatakan bahwa iklan itu tidak semata-maa hanya untuk menjual produk dari suatu merek, akan tetapi ada sebuah citra atau image yang ingin diciptakan oleh produsen kepada konsumennya. Penciptaan citra ini ditujukan untuk menaruh kepercayaan kepada konsumen agar tetap setia dengan merek yang telah dikonsumsi. Kepercayaan konsumen terhadap produsen menjadi suatu kekuatan untuk terus mengembangkan produk dan perusahaannya.


Dari iklan diatas ini, perusahaan rokok Sampurna Hijau berusaha menjual produknya lewat iklan yang dimana di dalam iklan tersebut tidak boleh mencantumkan gambar ataupun bentuk dari produk yang mereka jual yaitu rokok. Akan tetapi, masyarakat sudah sangat mengetahui bahwa iklan ini adalah iklan rokok. Pesan dari iklan ini mencoba mengajak para pengguna rokok untuk menyadari bahwa persahabatan itu bernilai sangat penting. Seorang sahabat harus bisa menjadi pelega hati bagi sahabatnya yang sedang kesusahan. Dari iklan ini, tanpa disadari kita memiliki pandangan bahwa seorang sahabat yang baik harus bisa menemani dikala senang atau pun sedih.

Nilai-nilai seperti inilah yang dikenal dengan kekerasan simbolik. Kekerasan simbolik adalah pesan-pesan yang ditanamkan sejak kecil sehingga semakin lama kita merasa bahwa memang hal itu lah yang seharusnya dilakukan, memang sudah sewajarnya seperti itu. Contohnya, ketika kita ingin keluar rumah pasti kita berpamitan terlebih dahulu kepada orang tua. Kita berpamitan karena sejak kecil sudah diajarkan oleh orang tua kita untuk pamit sebelum keluar rumah. Ajaran ini diberikan kepada kita secara paksa tanpa meminta izin terlebih dahulu. Kekerasan simbolik juga sama hal seperti contoh diatas.

Maka dari itu, Pollay membagi fungsi komunikasi menjadi 2:
1. Fungsi Informasional : iklan berfungsi untuk memperkenalkan karakteristik produk kepada konsumen.
2. Fungsi Transformasional : iklan berusaha untuk mengubah sikap-sikap yang dimiliki oleh konsumen terhadap merek, pola belanja, gaya hidup, dan teknik untuk mencapai kesuksesan.
Iklan-iklan yang telah dibuat dan sudah kita lihat, semuanya mencakup kedua fungsi diatas yaitu memberikan informasi suatu produk dan membangun citra suatu merek dihadapan konsumen. Tentunya informasi yang diberikan harusnya dapat diterima oleh seluruh khalayak.

Bourdieu mencoba memahami iklan dengan konsep kekerasan simbolik. Bagi Bourdieu, seluruh tindakan pedagogis (tindakan pengajaran atau pendidikan) baik yang diajarkan di rumah, di sekolah, media atau di mana pun, memiliki muatan kekerasan simbolik, selama pelaku memiliki kekuasaan untuk menentukan sistem nilai tertentu. 

Jadi, kesimpulannya :
-Media dan iklan merupakan sarana untuk melakukan tindakan pedagogis.
-Iklan menjadi mesin kekerasan simbolik yang bisa menciptakan sistem kategorisasi, klasifikasi, dan definisi sosial tertentu sesuai dengan kepentingan kelas atau kelompok dominan.

Referensi:
Materi perkuliahan Kapita Selekta tanggal 23 Maret 2011 oleh Endah Murwani.
video diambil dari Youtube

No comments:

Post a Comment